Greenlife Bioscience Berminat Lisensi Atraktan Lalat Buah & Lotion Nyamuk Berbasis Tanaman Aromatik
Ciawi (5/11) – PT. Greenlife Bioscience sebagai Perusahaan yang berdiri dan mengusung komitmen untuk mendorong pertanian organik melalui produksi pestisida hayati dan pestisida organik menaruh minat untuk melisensi 2 Aset Tak Berwujud (ATB) bernilai Kekayaan Intelektual berupa Formula Atraktan Hama Lalat Buah Berbasis Minyak Atsiri Melaleuca Bracteata dan Proses Pembuatanya; dan Formula Lotion Penghalau Nyamuk Berbasis Minyak Atsiri Serai Wangi, Cengkeh, dan Nilam serta Proses Pembuatannya. 2 ATB bernilai KI milik Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Rempah Obat dan Aromatik (BPSI TROA) ini, hari ini dilakukan verifikasi oleh BISIP, Tim BPSI TROA dan perwakilan Inventor dari BRIN Ibu Paramita.
Bapak Sapto Nilambodo, selaku Senior Marketing Manager PT. Greenlife Bioscience menerima Tim di kawasan pabrik di Jl. Veteran, Ciawi Bogor. Luasan areal pabrik yang terintegrasi dalam memproduksi biofertilizer dan pestisida ini lebih kurang 3,2 ha dan dimiliki oleh Bapak Billy Gan selaku owner Greenlife dan pabrik ini memiliki kapasitas produksi pupuk cair maupun pupuk serbukan berbasis organik dalam kapasitas besar. Perusahaan yang berdiri sejak 2010 ini bahkan pernah memproduksi pupuk serbuk dan mengekspornya di tahun 2014. Rencana lisensi untuk 2 produk berstatus paten terdaftar ini sudah diperkirakan akan menjadi bagian dari upaya diversifikasi produk bagi Greenlife, ungkap Sapto.
Secara keseluruhan komitmen perusahaan dalam mendorong penggunaan organik fertilizer tidak main-main karena kapasitas produksinya sangat memadai bahkan bukan nilai investasi yang kecil, dan saat ini sedang membangun unit R&D dalam memfasilitasi kebutuhan perusahaan. Kapasitas produksi inokulan mikroba bahkan dipisah hingga bottling pun dapat dilakukan sendiri, dengan kapasitas produksi pestisida botol untuk kemasan 1 liter sebanyak 10.000 botol per hari, termasuk bahkan untuk sediaan produk pestisida cair dimiliki oleh Greenlife dalam toren berkapasitas 20rb liter sebanyak 16 buah, ungkap Sapto lagi. Hanya saja saat ini pabrik yang juga menerima makloon untuk produk sejenis ini, saat dikunjungi hanya memproduksi dalam jumlah terbatas sejumlah pupuk pestisida, jelasnya lagi.
Nuning memperhatikan keseriusan Greenlife dan mendorong untuk menambah ISO 17025 untuk laboratorium R&D yang sedang disiapkan, karena 2 SMM ISO terkait dengan ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015 sudah dimiliki saat ini. Sapto menyatakan minatnya untuk dapat melakukan pengujian lanjutan untuk pupuk organik untuk lahan rawa, dan mendorong penggantian penggunaan dolomit. Kerja sama pengujian di beberapa lahan rawa sudah dilakukan, namun tidak menutup kemungkinan pengujian dilakukan lagi dengan BPSI Lahan Rawa, tambah Nuning. Keterbukaan pihak perusahaan dalam menghadapi kendala-kendala ketika nanti dilakukan produksi sebaiknya menjadi bagian dari keterbukaan perusahaan, baik kepada Inventor maupun BPSI TROA, terutama untuk benar-benar menginformasikan peluang pemasaran produk nanti, seperti untuk atraktan lalat buah yang memang dibutuhkan untuk kawasan hortikultura ataupun untuk lotion anti nyamuk yang sudah jelas membutuhkan branding produk tersendiri ditengah pesaing produk yang sudah ada di pasar, ungkap Dini Florina menambahkan.