Jahe: Potensi dan Tantangan Ekspor
Siapa yang tak kenal dengan Jahe? Pastinya pernah menjumpai bumbu ajaib ini dalam dapur maupun dalam secangkir minuman penyegar tenggorokan. Jahe, si tanaman luar biasa, bukan hanya bumbu dapur biasa, tapi juga rahasia tradisional yang telah mengalami transformasi menjadi pemanfaatan modern. Dari masakan lezat hingga minuman penyegar, dan bahkan obat-obatan, jahe telah menjelajahi dunia dengan cita rasa yang khas.
Tidak hanya sekadar dikenal di Indonesia, ketenaran jahe juga melintasi batas-batas negara. Fakta menarik, terkini di Juli tahun 2023 dari Badan Karantina Pertanian (Barantan) disebutkan bahwa volume ekspor jahe Indonesia mencapai 6,75 ribu ton. Jumlah ini melebihi tanaman rempah lainnya seperti Kapulaga dan Lengkuas dengan selisih yang cukup jauh, membuktikan jahe sebagai unggulan dalam daftar ekspor. Volume ekspor Kapulaga dan Lengkuas masing-masing sebesar 1,4 ribu ton dan 390,5 ton.
Namun demikian, jahe Indonesia memiliki pesaing kuat dalam persaingan global. Meskipun ekspor jahe unggul, posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir jahe masih perlu merangkak naik untuk dapat bersaing di tingkat dunia.
Menurut FAO, Indonesia telah menjaga reputasinya sebagai salah satu produsen jahe terbesar di dunia selama satu dekade terakhir. Selama periode 2016-2020, produksi jahe rata-rata mencapai angka fantastis, yaitu 224.447.501,8 kg per tahun. Namun, menurut BPS, tren turun terjadi pada tahun 2022 dengan produksi sebesar 247.455.487 kg atau 247.455,487 ton, dibandingkan produksinya pada tahun 2021 yang mencapai 307.241.517 kg atau 307.241,517 ton. Ini berarti produksi menurun drastis.
Tidak hanya dalam produksi, Indonesia juga bertarung dikancah ekspor. Meskipun menjadi produsen jahe terbesar pada tahun 2020, kenyataannya ekspor jahe Indonesia masih berada di peringkat 19 dunia. Alasannya kompleks, termasuk juga persaingan yang ketat di pasar global, mutu produk yang terkadang belum memadai, serta fluktuasi produksi akibat kondisi iklim yang tak menentu.
Keberhasilan suatu produk di pasar internasional tentu tak lepas dari daya saingnya. Produk harus memiliki karakteristik unik, memenuhi selera konsumen, serta memenuhi standar ketat yang berlaku. Indikator keberhasilan ini terlihat dari permintaan yang tinggi dan peningkatan volume ekspor di pasar internasional.
Melawan persaingan dengan Cina, India, dan Thailand, jahe Indonesia memang memiliki tantangan besar. Namun, ada aspek positif yang dimiliki, yaitu keunggulan kompetitifnya yang kuat. Meski masih dalam tahap pertumbuhan, Indonesia memiliki potensi besar sebagai eksportir jahe terkemuka.
Optimisme bersinar cerah. Dengan pemanfaatan sumber daya yang baik dan peningkatan kualitas jahe, Indonesia mampu mengasah daya saingnya di pasar internasional. Penggunaan bibit unggul yang tahan terhadap hama dan iklim ekstrim akan membantu peningkatan produksi. Misalnya varietas unggul jahe putih besar Cimanggu 1 yang telah dihasilkan Balittro mampu memiliki potensi produksi 17-37 ton/ha. Dengan produksi yang tinggi ini, Indonesia dapat mengukir jejak yang lebih besar di panggung ekspor jahe global.
(sumber: Tulisan disarikan dari beberapa sumber)
Penulis: Okt
Editor: Nng